BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehidupan dunia usaha senantiasa
diperhadapkan pada berbagai macam
tantangan, baik yang timbul dari dalam maupun dari luar perusahaan. Di
dalam mencapai tujuannya suatu perusahaan tidak luput dari berbagai macam kesulitan
dan persoalan.
Keberhasilan perusahaan adalah sangat
tergantung dari keterampilan atau kecermatan dari pimpinan perusahaan dalam
mengelola perusahaannya demi kelangsungan hidupnya. Suatu perusahaan yang
hendak berhasil di dalam mencapai tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh
keuntungan perlu memperhatikan faktor efisien.
Kebijaksanaan yang perlu diperhatikan
dalam aktivitas perusahaan ialah bagaimana
pimpinan perusahaan menentukan
suatu tingkat harga pokok produksi yang
dihasilkan agar dapat dijangkau oleh konsumen dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Dengan demikian, perusahaan
mengharapkan memperoleh keuntungan atas
pengeluaran biaya-biayanya dalam proses produksi barang dan jasa. Dengan dasar
tersebut keadaan ini merupakan suatu hal yang wajar, karena perusahaan adalah
organisasi yang dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran, dan harus tetap
berusaha untuk memenuhi fungsinya secara
terus menerus yaitu memproduksikan barang dan memasarkan.
1
2
Dalam rangka meningkatkan usaha, maka
perhatian utama perusahaan dititik beratkan pada harga pokok produksi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan yang relevan dengan bianya
produksinya.
Total biaya ataupun biaya per unit
harus diketahui untuk menentukan harga jual, dalam mana besarnya keuntungan
atau kerugian juga dapat diketahui, sebab tiap-tiap transaksi perusahaan selalu membandingkan
biaya (cost) yang disertai dengan
pengawasan pada saat berproduksi.
Seorang pengusaha adalah lebih mudah
untuk menghitung
harga
pokok barang dari pada produsen, sebab perhitungan
biaya
bagi produsen mulai saat proses produksi sampai
siap barang itu dipasarkan. Oleh
sebab itu bagi produsen, harga
pokok
merupakan salah satu masalah yang penting dan cukup ruwet untuk dipecahkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka penulis memilih obyek penelitian pada PT. Cargill Corporation Makassar
dengan judul "Analisis Penerapan Harga Pokok Produksi (HPP) Pada PT.
Cargill Corporation Makassar",
1.2.
Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi
masalah pokok adalah, sebagai berikut :
"Apakah perusahaan telah
menggunakan metode penetapan harga pokok produksi (HPP) dalam menghitung harga
pokok produksi".
3
1.3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah :
- Untuk mengetahui metode penentuan
harga pokok produksi
yang diterapkan oleh perusahaan.
Adapun kegunaan penelitian yaitu :
1) Sebagai bahan masukan atau sumbangan pikiran kepada pimpinan perusahaan dalam hal penerapan
metode penentuan harga pokok produksi.
2) Sebagai bahan pustaka
bagi yang ingin mengadakan peneli tian lanjutan untuk obyek yang sama.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Produksi
Sebagaimana
sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas
produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan
kondisi konsumen dimana berada.
Dalam menguraikan pengertian produksi
oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (1993: 7), menyatakan bahwa
produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Martin Kenneth (1990;
3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan
prosedur desaing barang dan jasa senagai
output serta sebagai poduk terakhir input emelent.
Berdasarkan dari kedua definisi
tersebut di atas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna
suatu barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengatalami tahapan
tersendiri dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai berikut :
1)
Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin
untuk
mendapatkan hasil tertentu
ataupun dengan pengor
banan tertentu untuk mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin.
4
5
2)
Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam
pemakaian alat-alat produksi terdapat perbandingan yang
serasi.
class=WordSection3>
Selanjutnya akan dikemukakan arti kualitas ( mutu )
oleh
Sofyan Assauri, (1994; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai
faktor-faktor yang terdapat dalam
suatu hasil yang menyebabkan barang atau
hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat.
Sesuai dengan pengertian di atas ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan
barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1)
Faktor produksi tanah 2) Faktor produksi modal
3)
Faktor produksi tenaga kerja
Sedangkan Richard (1990; 84), sebagai
berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di
pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
Sesuai dengan definisi tersebut di
atas, menyebutkan
bahwa
unsur keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi inilah
yang merupakan pengendalian mutu untuk
berperan serta dalam bersaing di
pasar.
Dalam hubungannya dengan pengertian
diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
-
Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas
6
tingkat operasinya dan lain-lain.
- Fitenss for use menunjukkan
tingkat produk produk yang mana
memberikan kepuasan.
- Consistency in
characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi untuk setiap
komponen dari produk itu. Bilamana produk terakhir sesuai dengan
spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality ofconformance
(mutu sesuai dengan krakteristiknya).
Jadi setiap perusahaan
pabrik/pengolahan dengan menetapkan
suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam
pembentukan suatu standard dikemukakan oleh Harding (1991; 58),
menyatakan bahwa :
"1) Memenuhi syarat kegunaan yang
ditetapkan
2) Memenuhi standard kualitas
perusahaan
3) Diproduksi dengan peralatan yang ada
sekarang.
Untuk itulah E.Mansffiel (1990; 121),
menyatakan bahwa proses produksi
memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan
jasa yang sama pada perusahaan.
Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1995;
127), adalah sebagai berikut kalau input sabagai salah satu cara proses yang
diperhatikan oleh bagian produksi untuk mempertahakna mutu dan kwalitas
produksi sesuai dengan permintaan konsumen, sehingga perusahaan ini tetap
produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
Dari
beberapa pengertian produksi yang telah di kemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan
bahwa produksi
7
merukan
suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan
dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan
jasa yang disebabkan input dirubah menjadi barang dan jasa lain
yang disebut output.
Pengertian produksi
di atas dapat dikatakan bahwa
dengan menggunakan faktor-faktor
produksi sekaligus, maka akan
diperoleh suatu faedah dalam
memenuhi kebutuhan atau pemenuhan
kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor
produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
Menurut Paul A. Samuelson (1992; 357),
membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa
produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara
faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi garus
sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus
perhatian dari relasi.
Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo,
(1990; 136), memberikan definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi
pertanian adalah penggunaan unsur-unsur
dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau untuk memenuhi
kebutuhan.
Pendapat di atas, bahwa
dapat menggambarkan fungsi-fungsi dari
produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata
lain bahwa faktor produksi
8
yang
digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh.
Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
Dalam hubungan antara input dengan
output berarti kita bicarakan mengenai masalah pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat di ketahui hasil yang telah
diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh keuntungan ( rugi ) dan perlu kita
memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode
tersebut.
2.2.
Biaya
Biaya merupakan sejumlah
pengeluaran-pengeluaran untuk mencapai suatu tujuan perusahaan, proses produksi
dan pemasaran, kesemuanya memerlukan biaya yang harus di keluarkan dengan sesuatu harapan yang
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Selanjutnya, dalam menentukan harga
pokok produksi, tentunya dikumpulkan semua biaya tetap dan biaya variabel
selama dalam proses produksi termasuk biaya dalam proses pemasaran (biaya
operasional pemasaran) dan biaya lain-lain yang timbul selama dalam proses
produksi dan pemasaran yang harus diperhitungkan.
Dengan demikian, biaya itu menjadi
patokan dalam penentuan harga jual dipasaran, sehingga dalam proses produksi
penggunaan biaya perlu efisien dan efektif, agar
9
biaya
itu lebih kecil daripada harga jual.
Justru, penetapan biaya dalam satuan
harga memang amat penting, karena kapan salah perhitungan dari seluruh biaya
yang dikeluarkan, maka perusahaan dalam penentuan harga sulit untuk
mempertahankan volume penjaualan apalagi untuk meningkatkan volume penjualan.
Untuk menghitung setiap pengorbanan
biaya dengan harapan bahwa akan mendatangkan hasil yang lebih baik pula agar
perusahaan itu akan menghadapkan bahwa masa depan itu lebih ceria dibandingkan
dengan hari ini, bagi pimpinan
perusahaan perlu memikirkan pengorbanan sejumlah biaya dan pengawasan
dalam proses produksi.
2.2.1.
Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu
barang atau jasa maka perlulah
dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang mungkin
dikeluarkan. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil
yang lebih besar dari pada telah dikorbankan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha
hendaknya dapat mengetahui komponen biaya perusahaan. Dalam hal ini, total
biaya seluruhnya dapat dihitung selama dalam proses dan dapat dibandingkan dengan
total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya
merupakan suatu masalah yang cukup
luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh
Winardi, dalam
10
bukunya
Kapita Selecta, ( 1990: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan
biaya-biaya yang harus dikeluar kan
untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang
merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor
produksi yang bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan
pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan
tersebut.
Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, ( 1973: 26 ) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah
biaya di keluar kan dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran dalam bentuk
kontan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan untuk pengeluaran modal sebagai
investasi (saham), yang disertai dengan kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang
di peroleh atau yang akan diperoleh.
Dari definisi dan pengertian biaya di
atas, maka dapatlah dikatakan bahwa
pengertian biaya yang dikemukakan diatas adalah suatu hal yang masih merupakan
pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya
termasuk biaya.
D. Hartanto, ( 1992: 89), memberikan
batasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut Cost adalah
biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di
waktu yang akan datang dan karenanya
merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca.
11
Sebaliknya expense atau expred cost
adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena
jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan
datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.
Dalam pengertian biaya yang dikemukakan
oleh Hartanto yang telah memisahkan tentang pengertian yang akan datang dan
tercantum dalam neraca. Sedangkan expenses atau ongkos adalah biaya yang
menghasilkan prestasi dan
tidak dapat
memberikan
manfaat diwaktu yang akan datang.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka suatu
perusahaan
sebaiknya
memegang dan menjalankan aktivitasnya dengan azas-azas, sebagai berikut :
1)
Azas efisiensi maksudnya dengan biaya
yang kecil untuk
mendapatkan hasil tertentu ataupun
dengan jalan pengorbanan tertentu
untuk mendapatkan hasil yang
semaksimal mungkin.
2) Azas kontinutas,
adalah azas kelanhgsungan hidup perusa haan.
3)
Azas proporsionalitas, adalah azas yang menghendaki agar
dalam pemakaian alat-alat produksi
terdapat perbandingan
yang serasi.
Dalam upaya memanfaatkan azas efisiensi
ini yang menjadi titik berat adalah
usaha untuk mendapatkan ketepat an ukuran dari setiap pengorbanan yang telah
diberikan adalah dikeluarkan pada suatu proses produksi dapat diganti dengan
diperolehnya keuntungan, dan hendaknya terdapat
12
proporsional
yang sesuai antara pengeluaran dan mengorbanan biaya yang dikeluarkan untuk
faktor produksi.
Pengertian
biaya ini juga dikemukakan oleh Matz dan Usry (1990: 39), sebagai berikut biaya
adalah merupakan bagian pengorbanan yang dikeluarkan perusahaan dengan
mempunyai tujuan tertentu dapat dinilai dengan uang.
Dengan dasar pengertian biaya yang
dikemukakan oleh Matz Usry di aras, mereka mengemukakan bahwa biaya adalah
pengeluaran-pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang atau
dengan
potensial yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan khusus.
Selanjutnya oleh Mulyadi (1992: 3),
dikatakan bahwa Di dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut definisi di atas pengorbanan
sumber ekonomis dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1)
Pengorbanan yang telah terjadi adalah nilai ekonomis
yang telah dikorbankan untuk mencapai
tujuan tertentu merupakan historis yaitu biaya yang telah terjadi di masa yang
lalu.
2) Pengorbanan yang
mempunyai kemungkinan akan terjadi yaitu nilai ekonomi yang akan dikorbankan
untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang.
Dengan demikian,
pengertian biaya (cost) yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi di
atas menunjukkan bahwa pada hakekatnya adalah mempunyai tujuan yang sama,
13
yaitu
pada pengorbanan sejumlah nilai-nilai dalam bentuk biaya untuk menciptakan
barang dan jasa demi untuk mendapat kan sejumlah pendapatan atau keuntungan
setiap kegiatan yang dikerjakan dalam menghasilkan sesuatu.
2.2.2.
Unsur - Unsur Biaya
Dalam suatu proses produksi melibatkan
suatu unsur- unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna
menyusun
harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini
tidaklah segera dapat di pandang sebagai
biaya, karena itu harus
sesuai dengan
faktor
biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut
perusahaan.
Sehubungan dengan unsur-unsur biaya
tersebut, maka D.
Hartanto,
(1992: 37), mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan,
sebagai berikut :
"1) Biaya variabel
dan biaya tetap
2) Biaya yang dapat dikendalikan.
Sedangkan menurut Mulyadi, ( 1993: 57),
menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai
berikut biaya variabel adalah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding
dengan volume penjualan atau produksi,
atau ukuran kegiatan yang lain.
Sedangkan biaya tetap atau biaya
kapasitas merupakan biaya untuk
mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan
pada
tingkat kapasitas tertentu.
Dari gambaran umum di atas, maka dapat
diketahui
sebagai
berikut :
14
1)
Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang ikut berubah
untuk mengikuti volume produksi atau
penjualan. Misalnya
atau bahan langsung hanya ikut
dalam proses produksi,
bahan
baku langsung yang dipakai dalam
proses produksi
biaya tenaga kerja langsung.
2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak
berubah walaupun ada
perubahan volume produksi atau penjualan.
Misalnya gaji bulanan, asuransi,
penyusutan, biaya umum dan lain-lain.
Sifat-sifat biaya
tersebut sangat penting
untuk
diketahui
seorang manajer dalam perencanaan usahanya, karena dengan demiki an akan
didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan perencanaan
dan pengawasan.
Penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut di atas,
adalah
sebagai berikut :
1)
Manufacturing cost, adalah semua biaya yang muncul sejak
pembelian bahan-bahan sampai berubah
menjadi produk selesai (final product)
Manufacturing cost terbagi atas :
a. Prime cost (biaya utama), adalah biaya dari
bahan-
bahan secara langsung dan upah tenaga
kerja langasung dalam kegiatan pabrik.
- Prime cost terdiri dari :
-
Direct material, yaitu semua
bahan baku yang
membentuk keseluruhan bahan yang dapat
secara langsung dimasukkan dalam perhitungan kerja
15
pokok.
-
Direct cost, yaitu setiap tenaga kerja
yang ikut
secara
langsung pemberian sumbangan dalam proses
produksi.
b.
Manufacturing expenses, dapat juga disebut factory
over head cost atau atau
biaya pabrikkasi tidak langsung.
Yang termasuk golongan biaya ini adalah
:
- Indirect labour, yaitu
tenaga kerja yang
tidak
terlibat langsung dalam proses
produksi, misalnya kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagainya.
- Other manufacturing expenses, yaitu
biaya-biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material,
seperti biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan
perbaik an.
2)
Commercial expenses, yang meliputi :
a. Selling expenses, adalah semua ongkos yang
dikeluar kan setelah selesainya produksi
sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan,
pengangkutan penagihan dan ongkos yang menyangkut fungsi-fungsi penjualan.
b. Administration expenses, adalah ongkos-ongkos
yang meliputi ongkos perencanaan dan
pengawasan. Biasanya semua ongkos-ongkos yang tidak dapat dibebankan pada
bagian produksi atau penjualan dipandang sebagai
16
ongkos administrasi.
Sedangkan menurut
Charles T Horngren, ( 1992: 15 )
unsur-unsur biaya dapat
diklasifikasikan ke dalam :
1) Time when camputed
a. Historical cost
b. Budgeted cost
2) Behavior in relation to fluctuation
in activity :
a. Variabel cost
b. Fixed cost
c. Other cost
3) Degree of overaging :
a. Total cost
b. Unit cost
4) Management function :
a. Manufacturing cost
b. Selling cost
c. Administration cost
5) Easy of tracekbility :
a. Direct cost
b. Indirect cost
6) Timing of change againts revenue :
a. Product cost
b. Priod cost
Adapun penjelasan dari unsur-unsur
biaya tersebut di atas adalah sebagai
berikut :
1) Historical cost,
merupakan biaya yang telah terjadi
dimasa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang
17
diperkirakan terjadi pada masa yang
akan datang.
2)
Variabel cost, adalah biaya yang secara keseluruhan akan
berubah-ubah dengan berubahnya volume
produksi atau penjualan.
Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang
secara keseluruh an tidak akan mengalami perubahan pada suatu tingkat
produksi atau penjualan.
3) Total cost, adalah sejumlah
biaya dari pada biaya obyektif Sedangkan
unit cost, adalah biaya rata-rata
dari setiap unit dari obyektif.
4)
Manufacturing cost, adalah biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan barang (dengan menggunakan
mesin, peralatan
dan tenaga kerja).
Manufacturing cost terdiri dari direct
cost, material cost, direct labour cost dan inderect cost/ overhead cost.
Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
perusahaan secara keseluruhan.
5) Direct cost, adalah
biaya-biaya yang mudah ditelusuri terhadap suatu obyek tertentu. Sedangkan
indirect cost adalah biaya-biaya yang tidak ditelusuri hubungannya dengan obyek
tertentu.
Sedangkan priod cost merupakan
biaya-biaya ditimbulkan karena berjalannya waktu. Dengan kata lain, period cost
adalah setiap biaya yang dialokasikan berdasarkan waktu.
2.2.3.
Klasifikasi Biaya
Dalam pengelolaan keuangan perusahaan
utamanya pada
18
proses
produksi tentunya memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk
menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat
mengelola perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan
menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya.
Sebaiknya
selalu
dipakai konsep "different cost for different purposes.
Kalfisikasi biaya tentu ada konsep
biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan. Oleh karena itu di dalam
akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya sebagai berikut
:
1.
Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran
2.
Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam
perusahaan.
3. Penggolongan biaya
atas hubungan biaya dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya
atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
5.
Penggolongan biaya atas dasar waktu.
2.3.
Pengertian dan Tujuan Penetapan Harga Pokok
2.3.1.
Pengertian Harga Pokok Produksi
Sebelum proses produksi dimulai,
terlebih dahulu harus diketahui
berapa besarnya harga pokok dari barang yang akan diproduksikan. Dengan demikian, dapat pula diketahui
besarnya harga jual
serta pengendalian biaya
19
produksi.
Demikian halnya untuk, mengetahui
besarnya harga pokok produksi, maka
terlebih dahulu harus diketahui
jalannya kegiatan-kegiatan atau proses produksi, yang berarti unsur-unsur
biaya yang melekat pada produksi
tersebut dapat pula diidentifikasikan.
Untuk mendapatkan gambaran tentang
perhitungan harga pokok produksi, penulis memperlihatkan contoh perhitungan
sederhana sebagaimana dikemukakan oleh Suharwan, sebagai beberikut :
Perhitungan
Harga Pokok Penjualan
Untuk
Jenis Perusahaan Dagang
────────────────────────────────
Persediaan
awal barang dagangan Rp.
............
Pembelian
barang dagangan ' ............
----------------
Jumlah
barang dagangan yang siap dijual Rp.
............
Persediaan akhir barang dagangan '
............
----------------
Harga
Pokok Produksi Rp.
............
Sedangkan harga pokok prpduksi (HPP) untuk jenis perusahaan industri
(manufacturing), yang tidak mempunyai barang setengah jadi, bertutur dapat dilihat pada contoh perhitungan yaitu :
20
Perhitungan
Harga Pokok Penjualan
Untuk
Perusahaan Industri Tanpa Barang Setengah Jadi
────────────────────────────────────────────────────
1)
Pemakaian bahan :
- Persediaan awal bahan baku Rp. .........
class=WordSection4>
- Pembelian bahan
baku Rp.
......... +
──────────────
- Jumlah bahan yang siap untuk
diproduksi Rp. .........
- Persediaan akhir bahan
baku Rp. ......... _
───────────────
- Nilai bahan baku yang diproses Rp. .........
2)
Biaya produksi :
- Nilai bahan yang dipakai Rp. .........
- Nilai upah Rp. .........
- Biaya overhead
pabrik Rp. .........
+
──────────────
Jumlah biaya produksi Rp. .........
3)
Perhitungan harga pokok penjualan :
- Persediaan awal barang jadi Rp. .........
- Nilai barang yang
diproduksi Rp. ......... +
─────────────
Jumlah nilai barang yang siap dijual Rp. .........
- Persediaan akhir barang
jadi Rp. ......... _
─────────────
Harga pokok penjualan
Rp. .........
==============
21
class=WordSection6>
Perhitungan
Harga Pokok Penjualan
Untuk
Perusahaan Industri Barang Setengah Jadi
────────────────────────────────────────────────────
1)
Pemakaian bahan :
- Persediaan awal bahan baku Rp. .........
- Pembelian bahan
baku Rp.
......... +
──────────────
- Jumlah bahan yang siap untuk
diproduksi Rp. .........
- Persediaan akhir bahan
baku Rp. ......... _
───────────────
class=WordSection7>
- Jumlah Nilai bahan baku yang
dipakai Rp. ......... (A)
2)
Perhitungan Biaya Produksi :
- Persediaan awal barang setengah
jadi Rp. .........
- Nilai bahan baku yang dipakai Rp.
.......
- Biaya upah Rp. .......
- Biaya operasi
pabrik Rp. ....... +
─────────── Rp. ......... +
────────────
- Jumlah nilai barang setengah jadi
yang da-
pat menjadi barang jadi ................ Rp. ........
- Persediaan akhir barang
setengah jadi Rp. .........
───────────── -
- Jumlah biaya produksi Rp. ......... (B)
3)
Perhitungan harga pokok penjualan :
- Persediaan awal barang jadi Rp. .........
- Nilai barang yang
diproduksi Rp. ......... +
─────────────
Jumlah nilai barang yang siap dijual Rp. .........
- Persediaan akhir barang
jadi Rp. ......... _
─────────────
Harga pokok penjualan Rp. .........
==============
22
2.3.2
Tujuan Penetapan Harga Pokok
Adapun tujuan penetapan harga pokok
sebagaimana di kemukakan Winardi (1992;
149), mengemukakan bahwa :
"1) Sebagai alat untuk
perencanaan
2) Sebagai alat untuk pengawasan
atau pengendalian
biaya.
3) Sebagai alat untuk memecahkan
persoalan khusus.
Sedangkan Winardi menyatakan bahwa
tujuan penetapan
harga pokok adalah :
"1) Sebagai dasar bagi harga pokok
penawaran
2) Sebagai dasar guna menentukan hasil
- hasil peru
sahaan.
3) Penilaian mengenai harga-harga pasar
yangberlaku
4) Sebagai alat guna mengontrol efisiensi perusaha
an".
Dengan demikian, apabila diketahui
harga pokok sesuatu
barang yang diproduksikan, maka penentuan harga pokok penjualan dapat
pula ditentukan. Demikian pula dengan
diketahuinya harga pokok produksi dalam suatu
barang, maka untuk kepentingan
pengendalian efisiensi dalam proses
produksi dengan mudah dapat dilakukan
pengontrolan dan pengawasan.
Efisiensi yang dimaksud
tersebut adalah penawaran
prinsip
- prinsip ekonomi dalam perusahaan, yaitu dengan pengorbanan yang
seminimal akan mencapai hasil yang maksimal mungkin.
23
2.3.3.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok penjualan dengan
penggunaan harga pokok dalam proses produknya diolah melalui beberapa tahap
pengolahan. Anggapan yang digunakan dalam contoh, adalah :
1.
Tidak terdapat persediaan produk dalam proses pada awal
periode.
2. Tidak terdapat produk
yang hilang rusak atau cacad dalam proses pengolahan.
3.
Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
Perusahaan
yang memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi. Departemen
A dan Departemen B. Menurut laporan produksi dari bagian produksi, produk yang
dihasilkan tiap-tiap departemen tersebut dalam bulan aktivitas, sebagai berikut
:
25
class=WordSection9>
Departemen A Departemen B
Produk selesai yang
ditransfer ke
Departemen
........................ 700 kg
Produk
selesai ditransfer ke gudang
500 kg
Produk
dalam proses akhir
bulan,
tingkat
penyelesaian adalah :
-
Bahan baku dan penolong 100% biaya
konversi 60 % .................... 100 kg
-
Biaya bahan penolong 40%,
biaya
konversi 70 % .................... 200 kg
Sedangkan bagian
akuntansi, biaya produksi yang
telah
dikeluarkan selama
dalam kegiatan berlangsung, sebagai
berikut
:
Departemen A
Departemen B
Biaya
bahan baku ................. Rp. 37.500 Rp.
-
Biaya
bahan penolong ............. Rp. 22.500 Rp. 37.700
Biaya
Tenaga Kerja ............... Rp. 44.000 Rp. 33.600
Biaya
overheadf pabrik ............ Rp.
52.800 Rp. 40.000
────────── ──────────
Jumlah biaya produksi Rp.156.800 Rp.111.300
========== ==========
Atas dasar data tersebut di atas,
perhitungan harga
pokok
produk per satuan yang dihasilkan oleh departemen A,
sebagai
berikut :
26
class=WordSection12>
Harga per
kg produk
yang diha-
Jumlah produk yang dihasilkan Biaya produksi silkan oleh
oleh Depart.A (Unit Ekuivalen) Departemen A Depart A
────────────────────────────── ────────────── ───────────
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
──────────────── ────────────────────────────── ────────────── ───────────
Biaya
bahan Baku 700kg + 100% x 300kg = 1.000
kg Rp. 37.500 Rp. 37,50
Biaya
b.penolong 700kg + 100% x 300kg = 1.000
kg Rp. 22.500 Rp. 22,50
Biaya
tng kerja 700kg + 60% x 300kg = 880 kg
Rp. 44.000 Rp. 50,-
B O
P 700kg + 60% x 300kg = 880 kg
Rp. 32.800 Rp. 60,-
────────────
──────────
Rp.156.800 Rp.170,-
============
==========
Dengan demikian, harga pokok produk
yang selesai
ditransfer
ke Departemen B dan harga pokok produk yang
masih
dalam proses di departemen A pada akhir bulan dapat
dihitung,
sebagai berikut :
Harga
pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departemen
B (700 kg @ Rp.170) .............
Rp.119.000,-
Harga
pokok produk dalam proses akhir bulan
(300
kg) :
Biaya bahan baku
300 x 100 % x Rp.37.50 Rp.11.250,-
Biaya bahan penolong
300 x 100 % x Rp.22.50 Rp. 6.750,-
Biaya tenaga kerja
300 x 60 % x Rp. 50,- Rp. 9.000,-
Biaya overhead pabrik
300 x 60 % x Rp. 60,- Rp.10.800,-
───────────
Rp. 37.800,-
────────────
Jumlah biaya produksi Departemen A
........ Rp.156.800,-
============
Perhitungan biaya produksi per kg dan
harga pokok
selesai
serta produk dalam proses di atas dapat disajikan
27
dalam
laporan biaya produksi. Perhitungan biaya produksi
per kg
yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan ber
jalan,
sebagai berikut :
Biaya per kg
yang ditam -
Biaya per kg
Jumlah produk yang dihasilkan Biaya produksi yang ditam-
oleh Departemen B dalam bulan yang ditambah bahkan
oleh
Januari .... (Ekuivalen unit) kan Dept. B Departemen B
────────────────────────────── ────────────── ────────────
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
──────────────── ────────────────────────────── ────────────── ───────────
By
bahan penolong 500kg + 40% x 200kg = 580
kg Rp. 37.500 Rp. 65,-
By
tenaga kerja 500kg + 70% x 200kg = 640 kg
Rp. 33.600 Rp. 52,50
Biaya
Overhead 500kg + 70% x 200kg = 640 kg
Rp. 40.000 Rp. 62,50
──────────── ──────────
Rp.111.300 Rp.180,-
============== ==========
Data
Produksi :
Jumlah produk yang dimasukkan dalam
proses 1000 kg
Jumlah produk yang selesai ditransfer
ke
ke Departemen B ................. 700 kg
Jumlah produk dalam proses akhir
bulan
(dengan tingkat penyelesaian biaya
bahan
dan penolong 100 % biaya konversi 40%
) 300 kg
──────
1000 kg
Biaya
yang dibebankan dalam Departemen A :
Biaya Total Biaya
per kg
Biaya bahan baku Rp. 37.500 Rp. 37,50
Biaya bahan penolong Rp. 22.500 Rp. 22,50
Biaya tenaga kerja Rp. 44.000 Rp. 50,00
Biaya overhead pabrik Rp. 52.800 Rp. 60,00
────────── ─────────
Jumlah biaya produksi Rp.156.800 Rp.170,00
========== =========
28
Perhitungan
Biaya
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer
ke departemen B 700 kg @ Rp. 170,-
....... Rp. 119.000
Harga pokok produk dalam proses akhir
bulan berjalan (300 kg).
- Biaya bahan baku ........... Rp.
11.250,-
- Biaya bahan penolong ....... Rp. 6.750,-
- Biaya Tenaga kerja ......... Rp. 9.250,-
- Biaya overhead pabrik ...... Rp.
10.800,-
──────────
Rp. 37.800
───────────
Jumlah biaya produksi Departemen A
bulan Rp. 156.800
===========
Dengan demikian harga pokok produk
selesai yang di
transfer
dari Departemen B ke gudang dihitung, sebagai
berikut
:
Harga pokok per kg yang dibawa dari
Dep. A ... Rp. 170,-
Harga pokok per kg yang ditambahkan
oleh
Departemen B
............................... Rp. 180,-
───────
Harga pokok per kg produk yang
dihasilkan
oleh departemen B ........................... Rp. 350,-
Harga produk selesai yang ditransfer
oleh
Departemen B ke gudang ...................... 500kg
─────────x
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer
dari Departemen B ke gudang
................. Rp.175.000
==========
Harga pokok produk dalam proses yang
ada didepartemen
B pada
akhir bulan berjalan .... dihitung, sebagai berikut:
Harga
pokok produk dalam proses yang berasal
dari
Departemen A (200kg x Rp. 170) ........
Rp. 34.000
Harga
pokok yang ditambahkan oleh Departemen
B pada
bulan berjalan, yaitu :
29
Biaya bahan penolong
200 kg x 40% x Rp. 65 = Rp. 5.200,-
Biaya tenaga kerja
200 kg x 70% x Rp. 52,50 = Rp. 7.350,-
Biaya overhead pabrik
200 kg x 70% x Rp. 62,50 = Rp. 8.750,-
───────── Rp. 21.300
──────────
Harga pokok produk dalam proses akhir
bulan di departemen B ............... Rp. 55.300,-
============
Perhitungan biaya produksi per satuan
dan harga pokok
produk
selesai yang ditransfer ke gudang serta harga pokok
produk
dalam proses akhir bulan di departemen B, dapat
disajikan
dalam laporan biaya produksi Departemen B.
Data
Produksi
Jumlah produk yang diterima dari
Departemen A 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer
ke gudang ........................... 500 kg
Jumlah produk dalam akhir bulan
(tingkat penyelesaian biaya bahan
penolong 40 % biaya konversi
....... 200 kg
────── 700 kg
──────
Biaya
yang dibebankan dalam Departemen B :
Biaya total Biaya per
kg
Harga pokok produk yang diterima
dari Departemen A ..............
Rp.119.000 Rp. 170,00
Biaya yang dibebankan dalam Dep.B
Biaya bahan penolong ........... Rp.
37.700 Rp. 65,00
Biaya tenaga kerja ............ Rp. 33.600 Rp.
52,50
Biaya overhead pabrik .......... Rp.
40.000 Rp. 62,50
──────────
────────────
Jumlah
biaya yang ditambahkan
dalam
Departemen B ............... Rp.111.300
Rp. 180,00
──────────
────────────
Jumlah
biaya produksi komulatif
dalam
departemen B ............... Rp.230.300
Rp. 350,00
========== ===========
30
Perhitungan
Biaya
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke gudang 500kg @
Rp.150 Rp. 175.000
Harga pokok dalam proses akhir
bulan Departemen B (200 kg)
Harga pokok produk dari Dep. A
200 kg x Rp. 172,00 Rp. 34.000
Harga pokok yang ditambahkan
dalam Departemen B :
- Biaya bahan penolong Rp.
5.200
- Biaya tenaga kerja Rp.
7.350
- Biaya overhead pabrik Rp.
8.750
────────── Rp. 35.300
───────────
Jumlah biaya produksi komulatif
dalam Departemen B ............ Rp. 230.300
Jurnal pencatatan biaya produksi dalam
metode harga
pokok
dalam proses, jika produk diolah beberapa tahap
pengetahuan,
sebagai berikut :
1.
Jurnal pencatatan biaya produksi di Departemen A
Barang proses - biaya bahan penolong
Dep. A Rp.37.500
Barang proses - biaya tenaga kerja Dep. A Rp.22.500
Barang proses - biaya tenaga kerja Dep.
A Rp.44.000
Barang proses - biaya overhead pabrik
Dep.A Rp.52.500
Persediaan bahan baku ................. Rp.37.500
Persediaan bahan penolong
.............. Rp.22.500
Gaji dan upah ......................... Rp.44.000
Berbagai macam rekening yang dikredit
.. Rp.52.500
2. Jurnal
pencatatan harga pokok produk
selesai yang di
transfer ke Departemen B
Barang proses - biaya bahan baku Dep. A
Rp.26.250
31
Barang proses - biaya bahan penolong
Dep. A Rp.15.750
Barang proses - biaya tenaga kerja Dep.
A Rp.35.000
Barang proses - biaya overhead pabrik
Dep.A Rp.42.500
3.
Jurnal pencatatan harga pokok produk dalam proses akhir
bulan di Departemen A
Perusahaan produk dalam proses Dept. A
Rp.37.500,-
Barang dalam proses - Biaya bahan baku
Dep. A Rp.11.250
Barang dalam proses - Biaya bahan penl
Dep. A Rp. 6.750
Barang dalam proses - Biaya tenaga
kerja De.A Rp. 9.000
Barang dalam proses - Biaya Ov. Pabrik
Dep. A Rp.10.800
4.
Jurnal pencatatan biaya produksi
yang ditambakan oleh
Departemen B
Barang dalam proses - Biaya bahan penl
Dep. B Rp.37.700
Barang dalam proses - Biaya tenaga
kerja De.B Rp.33.600
Barang dalam proses - Biaya Ov. Pabrik
Dep. B Rp.40.000
Persediaan bahan penolong
..................... Rp.37.700
Gaji dan upah ................................ Rp.33.600
Berbagai macam rekening yang dikredit
......... Rp.40.000
5.
Jurnal pencatatan harga pokok produk
selesai yang di
transfer oleh Departemen B ke gudang
Persediaan produk jadi ...........
Rp.175.000,-
Barang dalam proses - Biaya bahan baku
Dep. B Rp.85.000
Barang dalam proses - Biaya bahan penl
Dep. B Rp.32.500
Barang dalam proses - Biay tenaga kerja
Dep.B Rp.16.250
Barang dalam proses - Biaya Over.Pabrik
Dep.B Rp.31.250
6.
Jurnal pencatatan harga pokok produk dalam proses akhir
bulan di Departemen A
32
Perusahaan produk dalam proses Dept. B
Rp.35.300,-
Barang dalam proses - Biaya bahan baku
Dep. B Rp.34.000
Barang dalam proses - Biaya bahan penl
Dep. B Rp. 5.200
Barang dalam proses - Biaya tenaga
kerja De.B Rp. 7.350
Barang dalam proses - Biaya Ov. Pabrik
Dep. A Rp. 8.750
2.4.
Hipotesis
Setelah memperhatikan masalah pokok dan
tinjauan pustaka, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
"Diduga bahwa, perusahaan telah
menggunakan metode
penen tuan harga pokok produksi".
enjualan dan menentukan harga pokoknya
yang diperoleh perusahaan.
class=WordSection21>
2) Diduga pula bahwa, dengan penerapan dalam
perhitungan harga pokok produksi, dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.
Untuk memproduksi sesuatu
barang dan jasa biasanya mempunyai kendala dalam memperlancar produk akibat
dari faktor biaya, karena biaya merupakan obyek yang menjadi kendala di samping
tenaga kerja dari kegiatan produksi Mulyadi (1991; 8) mengemukakan bahwa biaya
dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang
yang telah menjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Kaitannya dengan pengertian biaya dalam
arti luas, sebagai berikut :
1) Biaya merupakan pengorbanan sumber
ekonomi
2) Diukur dalam satuan uang
3) Yang telah terjadi atau yang secara
potensial akan
terjadi
4) Pengorbanan tersebut untuk tujuan
tertentu.
Selanjutnya, Mulyadi (1991; 10)
mengemukakan bahwa biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk
membedakan
pengertian
biaya dalam arti luas,pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini
disebut dengan istilah "Harga Pokok". Jika pengorbanan sumber ekonomi tidak menghasilkan
manfaat,
maka pengorbanan tersebut merupakan rugi. Jika seorang pengusaha telah
mengeluarkan biaya akan tetapi pengorbanan tidak mendatangkan keuntungan
(revenue), maka pengorbanan ini disebut rugi.
MARI BELAJAR DAN BERBAGI
BERSAMA #Andiwani.blogspot.com
Need help or explanation contact 085 341 081 000
PIN BB 5D9B809A
BERSAMA #Andiwani.blogspot.com
Need help or explanation contact 085 341 081 000
PIN BB 5D9B809A
0 Komentar untuk "Analisis Penerapan Harga Pokok Produksi (HPP) Pada PT. Cargill Corporation"