berbagi referensi skripsi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SD INPRES 140 KALUMPANG LOMPOA KABUPATEN JENEPONTO MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI BERVARIASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, pendidikan dewasa ini masih dirasakan adanya permasalahan yang belum seluruhnya dapat terpecahkan, bermula dari perencanaan, penyelenggaraan, begitu pula hasil yang dicapai belum seluruhnya memenuhi harapan. Pada penyelenggaran pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik dan memuaskan merupakan harapan seluruh pihak yang terkait. Namun harapan tersebut seringkali tidak terwujud, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri, materi pelajaran, guru, orang tua, dan strategi belajar mengajar yang disiapkan guru paling tidak guru harus menguasai materi yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkan.
Dalam menyiapkan suatu materi pelajaran sampai pada saat pelaksanaannya, guru harus selektif menentukan strategi belajar yang akan diterapkan. Hal ini tergantung pada metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Jadi metode yang perlu dikembangkan sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien adalah metode yang benar-benar melibatkan siswa secara aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu ilmu dasar, di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterampilan-keterampilan khusus yang dapat membantu siswa untuk menfokuskan perhatiannya secara penuh pada salah satu kompetensi tertentu. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan keberagaman bahasa, adat istiadat, suku, dan budaya. Bertolak dari hal tersebut, siswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada dasarnya kemampuan berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang
Berdasarkan realitas sosial, orang Indonesia pada umumnya dan para siswa khususnya tergolong dwi bahasawan. Dalam kehidupan sehari-hari orang Indonesia menggunakan 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia dianggap sebagai B2 bagi sebagian besar rakyat Indonesia setelah bahasa ibu (BI). Walaupun pembelajaran  bahasa Indonesia dimulai sejak dini yaitu sejak taman kanak-kanak, namun ternyata masih terdapat banyak kesalahan dan persoalan dalam berbahasa Indonesia. Persoalan kebahasaan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia ialah adanya pengaruh Bl (bahasa daerah atau bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa Indonesia atau bahasa yang dipelajari) yang berkaitan dengan tata bunyi, tata bentuk kata, dan ada pula yang berhubungan dengan tata kalimat.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada bulan Oktober 2012, diperoleh informasi dari guru wali kelas V Hj. Rohani S.Pd. bahwa nilai rata-rata siswa untuk mata pelajaran bahasa Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan hasil ulangan harian mid semester untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang dilasanakan pada akhir bulan Oktober 2012, tecatat bahwa dari 30 siswa kelas IV (sekarang kelas V) hanya 40% siswanya yang mampu menyerap materi pelajaran bahasa Indonesia, sedangkan 60% siswa lainnya belum mampu menyerap materi pelajaran bahasa Indonesia. Akibatnya hasil belajar bahasa Indonesia siswa hanya mencapai nilai rata-rata 62,5 atau masih dibawah rata-rata 65,00 dengan kata lain belum mencapai KKM.
Hal tersebut menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan kemampuan berbicara siswa pada khususnya. Permasalahan yang terjadi adalah siswa belum mampu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang mencakup kelancaran berbicara, inovasi, struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, dan ekspresi yang sesuai dengan situasi dan konteks.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif mungkin, karena metode mengajar mempengaruhi belajar siswa Slameto (1995: 65). Pendapat tersebut menunjukkan pentingnya guru melakukan inovasi dalam pembelajaran, seperti menggunakan metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung optimal. Akan tetapi, dalam kenyataannya sebagian guru cenderung kurang kreatif dalam mengembangkan inovasi pembelajaran. Guru-guru di SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa termasuk guru kelas V cenderung menggunakan metode pembelajaran tradisional yang hanya berpusat pada guru sehingga cenderung membuat siswa merasa jenuh dan bosan saat mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia.
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan berbahasa yang dialami siswa kelas V SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto, guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bersifat komunikatif, salah satunya dengan menerapkan metode diskusi kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Metode diskusi dalam pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau memecahkan suatu permasalahan.
Teori belajar yang menjadi landasan pemilihan metode diskusi dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran Vigotsky. Teori ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vigotsky meyakini bahwa fungsi mental lebih tinggi pada umumnya dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut. Pernyataan tersebut sejalan dengan penerapan metode diskusi yang mengedepankan kerjasama antar individu untuk membahas tentang suatu konsep atau permasalahan yang hendak dicari solusinya. Dalam pelaksanaan diskusi terjalin komunikasi baik dalam bentuk percakapan ataupun argumentasi, dimana peserta diskusi dituntut untuk memiliki keterampilan berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.
Pembelajaran dengan metode diskusi merupakan situasi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa saling bertukar pendapat secara lisan, bersama-sama mencari kebenaran atas suatu permasalahan serta bagaimana memproses informasi melalui komunikasi yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka. Diskusi memberikan kesempatan tidak hanya untuk menggunakan pikiran tetapi apabila dikerjakan dengan tepat, dapat membantu siswa membentuk suatu sikap positif terhadap cara berpikir. Selain itu, melalui metode diskusi siswa akan terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang formal, sehingga diharapkan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering terjadi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan siswa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penelitian tentang penerapan metode pembelajaran diskusi bervariasi sudah ada yang meneliti sebelumnya, salah satunya adalah Arfan Irfandi (2011) dengan judul penelitian “Penerapan Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Siswa Kelas V SD Negeri 04 Sompu Kabupaten Takalar”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri 04 Sompu Kabupaten Takalar mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi kelompok. Peneliti selanjutnya adalah Andi Nurdiana (2010) dengan judul penelitian “Meningkatkan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas IVA SD Inpres Tetebatu melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick”, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri Tetebatu juga mengalami peningkatan setelah diterapkan metode diskusi  dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran berbicara.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto melalui Penerapan Metode Diskusi Bervariasi”.

B.       Masalah Penelitian
1.        Identifikasi Masalah
a.         Siswa belum mampu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b.        Metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat tradisional yang hanya berpusat pada guru.
c.         Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
Masalah di atas berdampak pada rendahnya kemampuan berbicara siswa kelas V SD Inpres Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto.
2.        Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memilih metode diskusi bervariasi sebagai alternatif pemecahan masalah yaitu rendahnya kamampuan berbicara siswa kelas V SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto.

3.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode diskusi bervariasi dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto?”

C.      Tujuan  Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Inpres 140 Kalumpang Lompoa Kabupaten Jeneponto melalui penerapan metode diskusi bervariasi.

D.    Manfaat Penelitian
Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan, maka manfaat yang ingin diperoleh adalah:
1.        Manfaat Teoretis
Sebagai bahan dan sumber rujukan pihak-pihak terkait (Dinas Pendidikan, sekolah, guru dan institusi pendidikan lainnya) dalam pengambilan kebijakan mutu pendidikan.
2.        Manfaat Praktis
a.         Bagi siswa, yaitu meningkatnya kemampuan berbicara karena adanya suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. 
b.        Bagi guru, yaitu  tambahan pengetahuan dan keterampilan mengajar yang lebih bervariatif dalam pelaksanaan pembelajaran.
c.         Bagi sekolah, sebagai informasi yang sangat berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di sekolah tersebut dan upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran yang ditandai dengan semakin besarnya motivasi belajar serta meningkatnya hasil belajar siswa.

d.        Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan serta memberikan gambaran kepada peneliti sebagai calon guru tentang keadaan sistem penilaian dalam pembelajaran di sekolah.
0 Komentar untuk "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SD INPRES 140 KALUMPANG LOMPOA KABUPATEN JENEPONTO MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI BERVARIASI"

Back To Top