
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kepemimpinan sama
tuanya dengan sejarah manusia. Dalam
kepemimpinan di butuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan
tertentu pada manusia. Dilingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun
informal selalu ada seseorang yang
dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut
diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang di percayakan untuk mengatur orang
lain.
Sekarang anggapan terhadap
pemimpin sudah berbeda, dikarenakan tidak mungkin lagi seseorang untuk
mengerjakan sendiri segala aktivitas yang dibutuhkan oleh kelompok yang
dipimpinnya. Oleh sebab itu diperlukan seorang staf atau bawahan untuk
mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinannya. Di sini juga perlu
diadakan pemilihan yang teliti oleh setiap pemimpin untuk memilih bawahan yang
cakap dan cerdik guna mencapai tujuan organisasi yang diinginkan bersama.
|
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinanan tentu tak lepas
dari pengaruh terhadap sikap, tingkah laku, dari seorang pemimpin secara
pribadi. Sehingga hal ini akan
menimbulkan perbedaan yang mendasar
terhadap karakteristik kepemimpinan antara kepemimpinan yang satu dan yang
lainnya yang di sebut gaya kepemimpinan.
Perilaku atau gaya
kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin akan mempengaruhi motivasi kerja
pegawainya. Seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpina yang disukai oleh
bawahannya tentunya akan membangkitkan motivasi kerja para bawahannya, begitu
pula sebaliknya apabila seorang pemimpin tidak menerapkan gaya kepemimpinan
yang disukai oleh bawahannya, tentunya akan motivasi kerja pegawainya akan
menurun.
Menurut Nixon (dalam
Andreas, 2004:217) bahwa:
Kepemimpinan
merupakan suatu bentuk seni yang unik, yang membutuhkan kekuatan dan visi pada
tingkat yang luar biasa dan kepemimpinan merupakan aktivitas perilaku seseorang
dalam memengaruhi merupakan persoalan suatu bentuk yang tidak semua individu
mampu menguasainya.
Menurut
Anoraga (dalam Andreas, 2004:214) bahwa:
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang
agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti
kehendak pemimpin itu.
Ada tiga kategori gaya
kepemimpinan yaitu: (1) gaya kepemimpina otoriter (2) gaya kepemimpinan
demokratis, dan (3) gaya kepemimpinan
bebas. Namun dalam penelitian ini gaya kepemimpinan yang akan diselidiki adalah
gaya kepemimpinan demokratis. Apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan
demokratis yang diterapkan terhadap motivasi kerja pegawai kelurahan pada
kantor kecamatan burau kabupaten luwu timur.
Bagaimana respon para
bawahannya dan apakah bawahannya senang
dengan gaya kepemimpinan demokrasi tersebut ataukah sebaliknya. Secara umum
gaya kepemimpinan demokrasi dapat diartikan perilaku pemimpin yang aktif,
dinamis, dan terarah. Yang mana gaya kepemimpinan demokrasi ini sangat mementingkan
musyawarah dalam mengambil keputusan, tidak semata-mata pada pendapatnya sendiri
dan mampu membangkitkan atau mendorong motivasi para bawahannya agar dapat
bekerja secara maksimal tanpa ada rasa terpaksa atau tertekan.
Kantor Kecamatan Burau
Kabupaten Luwu Timur sebagai instansi pemerintah yang ditugaskan untuk membantu
pemerintah dalam bidang pelayanan sangat bergantung pada kemampuan kepemimpinan
yang diterapkan disisi internalnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
motivasi kerja pegawai sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan dan pemimpin itu
sendiri memberikan pembinaan serta pengaruh yang sangat penting untuk
meningkatkan motivasi kerja pegawai sebab kepemimpinan adalah suatu proses
interaksi antara orang yang dipimpin dengan pemimpin itu sendiri.
Selanjutnya faktor motivasi
kerja sangat penting dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan merupakan salah
satu masalah yang sangat penting bagi
suatu organisasi. Tanpa adanya motivasi dari seorang pegawai tidak akan bias
bekerja sesuai dengan apa yang diinginkannya dan sudah menjadi salah satu tugas
dari seorang pemimpin untuk memberikan motivasi kepada bawahannya agar bias
bekerja dengan baik.
Motivasi
adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjuk pada dorongan, keinginan,
kebutuhan, hasrat dan lain sebagainya. Ada beberapa teori tentang motivasi
antara lain content theory. Teori ini
menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada di dalam individu yang menyebabkan mereka
bertingkah laku tertentu. Sebagai seorang pemimpin haruslah mmahami dan
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan yang ada untuk mendapatkan gaya kepemimpinan
yang cocok dan sesuai yang diinginkan bawahannya, sehingga dapat memicu
motivasi kerja pegawainya.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
gambaran gaya kepemimpinan demokratis di Kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur?
2. Bagaimana
gambaran motivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur?
3. Apakah
ada pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap motivasi kerja pegawai di
kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur?
C. Tujuan Penelitian
Adapun
yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk
mengetahui gambaran gaya kepemimpinan demokratis di Kantor Kecamatan Burau
Kabupaten Luwu Timur.
2. Untuk
mengetahui gambaran motivasi kerja pegawai di Kantor Kecamatan Burau Kabupaten
Luwu Timur.
3. Untuk
mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap motivasi kerja
pegawai di kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan
yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Secara
praktis. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan bahan masukan serta
kontribusi positif bagi Kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur yang dapat
membantu tugas pemerintahan dalam referensi untuk para peneliti lainnya yang
berminat mengenai masalah-masalah kepemimpinan dan motivasi dalam rangka
meningkatkan efesiensi dan efektivitas dan pelayanan publik dalam menghadapi
era global.
2. Manfaat
teoritis. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermamfaat sebagai bahan
masukan dan informasi sekaligus menjadi ruang bagi penulisan konsep
konsep,teori teori guna memperkuat atau menemukan teori atau konsep konsep baru
terutama dalam kaitanya dengan kepemimpinan.

LANDASAN
TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kepemimpinan
Struktur organisasi
adalah kerangka atau
susunan unit atau satuan kerja
atau fungsi-fungsi yang
dijabarkan dari tugas
atau kegiatan pokok
suatu organisasi, dalam usaha
mencapai tujuannya. Setiap unit
mempunyai posisi masing-masing,
sehingga ada Hill dan Caroll (dalam Kartono, 2003) berpendapat bahwa,
kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan mendorong sejumlah
orang (dua orang
atau lebih) agar bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. unit yang berbeda jenjang atau tingkatannya
dan ada pula yang
sama jenjang atau
tingkatannya antara yang
satu dengan yang lain.


Menurut Humphill (dalam Wahjosumidjo, 2002) bahwa “Leadership is the initiation of acts
that result in a consistent pattern of group interaction directed toward the
solution of mutual problems” (Kepemimpinan
adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang
konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem yang saling berkaitan). Jadi
kepemimpinan adalah merupakan upaya bagaimana mengambil langkah sebagai upaya
menyelesaikan suatu persoalan.
Adapun menurut Stogdill (dalam Wahjosumidjo, 2002) bahwa
“Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok”. Dari pendapat Stogdill dapat
ditarik suatu pendapat bahwa kepemimpinan itu merupakan upaya dalam
mempengaruhi dan mengarahkan suatu kelompok. Sedangkan menurut Ermaya (dalam
Wahjosumidjo, 2002) “Kepemimpinan adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran,
perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.”
2. Gaya Kepemimpinan
Gaya artinya
sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik bagus, kekuatan
kesanggupan untuk berbuat baik. Menurut Miftah Thoha (2003) bahwa “gaya kepemimpinan adalah suatu
cara yang dipergunakan oleh seseorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku
orang lain”. Sedangkan menurut Ermaya (dalam wahjosumidjo, 2002) bahwa “Gaya
kepemimpinan merupakan bagaimana cara mengendalikan bawahan untuk melaksanakan
sesuatu”. Sedangkan menurut Stonner et.,al (dalam wahjosumidjo, 2002) bahwa
“gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin
dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja”.
Dari
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah
suatu cara yang dipergunakan oleh seseorang pemimpin dalam mempengaruhi,
mengarahkan, mendorong dan mengendalikan orang lain dalam mencapai suatu
tujuan.
Harris dan Jeff (dalam wahjosumidjo, 2002) membagi gaya kepemimpinan
menjadi tiga yaitu: “ (1) The Autocratic
Leader (gaya kepemimpina otoriter),
(2) The Participative Leader (gaya
kepemimpinan partisipif atau demokratis), dan (3) The Free Rein Leader (gaya kepemimpinan bebas).”
Untuk
mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai, maka
penulis berusaha memaparkan dan mengkaji teori-teori gaya kepemimpinan, dalam
hal ini adalah gaya kepemimpinan kontingensi. Paul Hersey dan Kenneth H.
Blanchard (dalam Wahjosumidjo, 2002) mengatakan bahwa “Gaya kepemimpinan yang
paling efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (maturity) karyawan”.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap
kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi
perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan
dan mengembangkan organisasi/kelompok. Disamping itu diwujudkan juga melalui
perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).
Dengan
didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya ini
diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif,
berdasarkan prinsip saling menghormati dan menghargai antara yang satu dengan
yang lain. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya
sebagai subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti
dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat,
minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara
yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan disalurkan secara wajar.
Berdasarkan
prinsip tersebut, dalam gaya kepemimpinan ini selalu terlihat usaha untuk
memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan
cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan
masing-masing, disamping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap
anggota kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk
pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau
seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Sedangkan bagi para anggota
kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan
di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik
antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda.
Dengan
demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif,
tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin.
Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki
posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena
pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.
Kepemimpinan
dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat mementingkan
musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit
masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak
dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa
terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota
kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau
beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.
Aktivitas
dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang berdampak pada
perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi secara keseluruhan. Tidak ada
perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu dihormati dan disegani
secara wajar.
a. Ciri-ciri gaya kepemimpinan
demokratis antara lain:
1) Kebijaksanaan dan keputusan dibuat
bersama antara pimpinan dan bawahan
2) Mendorong bawahan untuk
mengungkapkan gagasan dan mengajukan saran
3) Komunikasi berlangsung timbal-balik,
baik yang terjadi antara sesame bawahan maupunantara bawahan dan atasan.
b. Fungsi kepemimpinan
Fungsi
kepemimpinan menurut Hill dan Caroll (kartono, 2003) memiliki dua dimensi
sebagai berikut:
1) Dimensi
yang berkenaan dengan
tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam
tindakan atau aktivitas
pemimpin, yang terlihat
pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2) Dimensi
yang berkenaan dengan
tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok atau organisasi,
yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi
tersebut secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan,
yaitu:
1) Fungsi
instruktif
2) Fungsi
konsultatif
3) Fungsi
partisipasi
4) Fungsi
delegasi
5) Fungsi
pengendalian
4. Hakikat Motivasi
Motivasi seringkali
diistilahkan sebagai dorongan. Dorongan
atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Sehingga motif tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah laku dan di
dalam perbuatannya itu
mempunyai tujuan tertentu (Moch. As’ad.2003:193). Motivasi
secara sederhana dapat diartikan “Motivating”
yang secara iplisit berarti bahwa
pimpinan suatu organisasi
berada ditengah-tengah
bawahannya, dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat dan koreksi
jika diperlukan (Sondang P. Siagian,
2002:129). Sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu
yang merangsang untuk melakukan tindakan (Winardi,2003:312).
Motivasi adalah dorongan
yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu (Wursanto,
2002:132). Dari berbagai
pendapat tersebut, dapat disimpulkan
yaitu motivasi merupakan
dorongan/daya yang timbul
dari diri, tanpa ada paksaan dari siapapun untuk melakukan suatu
pekerjaan. Telah lama diketahui bahwa
manusia adalah makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial ia
membutuhkan rasa sayang, pengakuan keberadaan, rasa ingin memiliki berbagai
kebutuhan tersebut, manusia
bekerja dan berusaha
dengan sekuat tenaga untuk memenuhi keinginan itu.
Menurut Abraham Maslow
(dalam Rijal. 2010) mengenai motivasi bahwa Setiap manusia
mempunyai needs (kebutuhan, dorongan,
intrinsic dan extrinsic factor),
yang pemunculannya sangat
tergantung dari kepentingan individu. Dengan kenyataan ini, kemudian Maslow
membuat “needs hierarchy theory”
untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut. Berikut
komponen-komponen dari motivasi antara lain yaitu:
a. Jenis-jenis Kebutuhan Manusia
Kebutuhan manusia
diklasifikasi menjadi lima hierarki kebutuhan yaitu :
1) Kebutuhan
Fisiologis (Physiological Needs), yaitu
kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, seksual, kebutuhan
ini merupakan kebutuhan tingkat rendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang
paling dasar.
2) Kebutuhan
rasa aman (Safety Needs),yaitu
kebutuhan Akan perlindungan dari ancaman bahaya, pertentangan, dan lingkungan
hidup.
3) Kebutuhan
Sosial (Social needs), kebutuhan
untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk
menintai dan dicintai.
4) Kebutuhan
akan harga diri (Esteem Needs),
kebutuhan untuk diihargai dan dihormati oleh orang lain.
5) Aktualisasi
diri (Self Actualization), yaitu
kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide member penilaian dan kritik terhadap
sesuatu.
b. Jenis-jenis motivasi
Motivasi diperlukan dalam
suatu organisasi karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong kinerja atau produktivitas kerja seseorang dalamorganisasi. Tujuan
motivasi sebagaimana dikemukakan tentu saja merupakan sebagian kecil dari
tujuan motivasi sesungguhnya. Biasanya tujuan motivasi terintegrasi baik
langsung maupun tidak langsung dalam jumlah yang lebih besarseperti tujuan
organisasi. Karenanya itu pengetahuan dan pemahaman yang memadai oleh semua
orang yang terlibat didalam suatu kerja sama organisasi terhadap tujuan
motivasi akan memudahkan dalam penetapan dan pencapaian tujuan organisasi.
Disamping pemahaman tentang
konsep motivasi yang telah diuraikan sebelumnya, aspek yang lain sangat penting
dan menentukan dala meningkatkan motivasi seseorang adalah pengetahuan tentang
pola motivasi. Dengan mengetahui pola motivasi yang ada, akan membawa seseorang
kepada sutu perilakuyang paling mungkin dilakukan dalam mengeksploitasi potensi
motivasi yang ada dalam dirinya.
Adapun pola motivasi yang
dikemukakan oleh Clelland (dalam Hasbuan, 2007:119) yaitu:
a)
Achievement
Motivation,
adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan untuk
kemajuan dan pertumbuhan.
b)
Affilation Motivation, adalah dorongan
untuk melaksanakan hubungan-hubungan dengan orang lain.
c)
Competence Motivation, adalah dorongan
untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaaan bermutu tinggi.
d)
Power Motivation, adalah dorongan
untuk mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko
dalam menghancurkan rintangan yang terjadi.
Selanjutnya Ernest J.
McCormick (dalam Rijal, 2010:95) membagi motivasi kedalam dua golongan yaitu:
a.
Motivasi
Positif (insentif Positif), manajer
memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi
baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat karena
manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
b.
Motivasi
negative (insentif Negatif), manajer
memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya
kurang baik (prestasi rendah). Denganbegitu motivasi negative ini semangat
kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut
hukuman, teetapi untuk jangka panjang dapat berakibat kurang baik.
Berdasarkan uraian tersebut,
dapat dikemukakan bahwa motivasi sangat mendorong dalam meningkatkan kinerja
pegawai.
c. Metode-Metode Motivasi
Terdapat dua
metode dalam motivasi,
metode tersebut adalah
metode langsung dan metode
tidak langsung (Rijal,
2010:97). Kedua metode motivasi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)
Metode langsung,
merupakan motivasi materiil
atau non materiil yang
diberikan secara langsung
kepada seseorang untuk
pemenuhan kebutuhan dan kepuasannya. Motivasi ini dapat diwujudkan
misalnya dengan memberikan pujian, penghargaan, bonus dan piagam.
b)
Metode tidak
langsung, merupakan motivasi
yang berupa fasilitas dengan maksud untuk mendukung serta menunjang gairah kerja dan kelancaran tugas.
Contohnya adalah dengan pemberian ruangan kerja yang nyaman, penciptaan suasana
dan kondisi kerja yang baik.
Pengetahuan yang memadai
tentang metode-metode motivasi akan memberikan informasi yang tepat bagaimana
dan kepada siapa motivasi itu harus diberikan, sebab karakteristikindividu yang
bekerja dalam suatu organisasi sangat beragam.dengan kata lain, pemberian
motivasi itu harus diberikan kepada karyawan tetap mengutamakan karakteristik
yang dimiliki karyawan yang bersangkutan.
d. Faktor-faktor yang menimbulkan motivasi
kerja
Variabel motivasi dapat
terdiri dari komponen-komponen nilai, komitmen, tanggung jawab, loyalitas,
instrument (peralatan) dan harapan. Sedangkan kemampuan dapat berupa
pengetahuan, keterampilan, kompetensi,inisiatif, dan kreativitas. Komponen ini
harus selalu dikembangkan agar saling sinergis menjadi potensi yang dapat
menghasilkan kinerja nyata bagi manusia itu sendiri dan bagi instansinya.
Berikut Menurut Yuliasari
(dalam syamsinar, 2007:18) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang
terbagi menjadi 6 bagian yaitu:
a.
Dorongan
material (misal: uang, barang)
b.
Kesempatan
untuk mendapatkan kehormatan (misal: prektis, upah, imbalan dan kuasa
perorangan)
c.
Syarat-syarat
pekerjaan yang diinginkan (misal: lingkungan bersih dan tenang)
d.
Kebanggaan
akan pekerjaan (baik untuk keluarga maupun orang lain)
e.
Kesenangan
individu dalam hubungan sosial dan organisasi
f.
Karyawan
turut serta dalam sebagian kegiatan-kegiatan yang penting dalam perusahaan.
Sedangkan menurut Kovarh (dalam
Hasibuan, 2003: 213) dalam studi longitudinal disektor swasta mengurutkan 10
faktor-faktor yang dianggap sangat diinginkan oleh para pekerja dan menjadi faktor
yang memotivasi, antara lain:
a.
Pekerjaaan
yang tidak membosankan
b.
Apresiasi
penuh terhadap pekerjaan
c.
Perasaan
diikutsertakan/ tidak disepelekan
d.
Jaminan
kerja
e.
Gaji
yang memadai
f.
Kenaikan
pangkat
g.
Kondisi
yang baik
h.
Loyalitas
personal terhadap personal
i.
Aturan
kedisiplinan yang bijak
j. Bantuan
simpatik atas persoalan personal
Kinerja dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan motivasi kerja pegawai, melalui berbagai upayayang dapat
dilakukan oleh instansi maupun individu itu sendiri. Kinerja yang baik,
merupakan kebutuhan oleh setiap individu mendukung tujuan yang ingin dicapai
oleh sebuah instansi atau perusahaan.
B. Kerangka Berpikir
Dengan
terwujudnya peningkatan terhadap pelayanan masyarakat merupakan tuntutan peran
beserta tanggung jawab yang lebih besar dari pada operator Negara, seperti yang
dilihat pada pengembangan Kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur yang
tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan
dan keberhasilan ataupun kegagalan sesuatu program yang dilaksanakan, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Dan faktor internal yang dimaksud adalah
yang berbentuk kekuatan yang merupakan potensi yang dapat menunjang keberhasilan
dan pengembangan, dan kelemahan yang dapat menjadi kendala pelaksanaan
pengembangan, sedangkan faktor ekternal sendiri berbentuk tantangan yang
merupakan konsekuensi dari perkembangan masyarakat yang dinamis dan suatu
peluang yang menjadikan celah-celah harapan untuk pengembangan Kantor Kecaman
Burau Kabupaten Luwu Timur lebih lanjut.
Pegawai
pada Kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur merupakan komponen yang sangat
penting dalam menciptakan tujuan misi dan visi organisasi, selain itu pegawai
juga diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas, efesiensi dan efektivitas
seluruh tatanan administrasi pemerintah termasuk peningkatan kinerja sehingga
secara utuh masih mampu melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan dengan
sebaik-baiknya khususnya dalam pelayanan menumbuhkan prakarsa dan peran aktif
pegawai dalam membangun serta tanggap terhadap kepentingan dan aspirasi masyarakat.
Motivasi
yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor baik itu faktor eksternal yang
bersumber dari diri pegawai itu sendiri maupun faktor eksternal dalam bentuk
lingkungan kerja kompensasi penghargaan dan lain-lain. Dan salah satu eksternal
lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam hubungan kerja antara pimpinan dan
bawahan.
Keberhasilan
sebuah kepemimpinan dapat dilihat dari kemampuan pemimpin untuk memotivasi
bawahannya guna mengintegrasikan organisasi pemerintahan dengan berbagai
tuntutan dan kebutuhan, seperti menciptakan tantangan, memberikan imbalan dan
menyediakan sarana dan prasaranadimaan agar cara ini mencapai tujuan.
Kepemimpinan disini merupakan hal yang paling penting dalam peningkatan
motivasi kerja pegawai oleh karena itu kemampuan untuk menjalankan fungsi
kepemimpinan selaku mediator yang rasional, objektif dan netral merupakan salah
satu indikator “Efektifitas kepemimpinan yang mampu menyeimbangkan
aktivitas-aktivitasnya”.
Di
lain pihak seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi kerja terhadap
pegawai dalam rangka meningkatkan kerjanya. Dan motivasi adalah pemenuhan
kebutuhan, mendorong/merangsang sesesorang untuk bekerja dengan penuh tanggung
jawab, karena akan mendapatkan suatu hasil/imbalan sesuai dengan tugasnya
apalagi kalau ada nilai tambah berupa gaji/insentif, penghargaan, promosi dan
lain-lain yang bisa membuat pegawai lebih giat dan bertanggung jawab. Karena
itu peran pemimpin sangat besar pengaruhnya sebagai administrator pengembalian
keputusan dan bawahan sebagai pelaksana pada tingkat implementasi menjadi
sangat penting. Keterkaitan tersebut dapat membawa dampak pada pencapaian
tujuan organisasi. Berikut skema kerangka pikir penelitian yaitu:
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
![]() |
C. Pengakuan Hipotesis Penelitian
Dari
uraian tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
“Ada
pengaruh yang signifikan gaya kepemimpinan demokrasi terhadap motivasi kerja
pegawai di Kantor Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur “.
0 Komentar untuk "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT BURAU KABUPATEN LUWU TIMUR"