BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang
sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam
perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan
penyakitnya (Ngastiyah, 2005).
Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan
serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi
kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah
sakit (Muscari, 2005).
Penyakit dan hospitalisasi
sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak,
terutama selama tahun-tahun awal, sangat rentan terhadap krisis penyakit dan
hospitalisasi karena 1) Stres akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan
rutinitas lingkungan, dan 2) Anak memiliki jumlah mekanisme koping yang
terbatas untuk menyelesaikan stresor (kejadian-kejadian yang menimbulkan
stres). Stresor utama dari hospitalisasi antara lain adalah perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis
tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka
sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi, keterampilan koping
yang mereka miliki dan dapatkan, keparahan diagnosis, dan sistem pendukung yang
ada (Wong, 2009).
Dampak hospitalisasi
pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis
perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa
cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup
terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada setiap anak berbeda.
Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak lain. Hospitalisasi
dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan menjadi stresor sehingga
dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin
terjadi karena anak tidak memahami mengapa ia dirawat / terluka, stres dengan
adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan, kebiasaan sehari-hari dan
keterbatasan mekanisme koping (Ngastiyah, 2005).
Pada
anak yang dirawat akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya
seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing
baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang merawatnya, dan kerapkali harus
berhubungan atau bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti
terapi yang menyakitkan bagi anak-anak. Secara psikologis, membaca atau
bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Sebagian besar
orang tua menganggap awal masa prasekolah sebagai usia yang mengundang masalah
atau usia sulit. Seringkali, anak yang lebih muda bersikap bandel, keras
kepala, tidak menurut negativities,
dan melawan. Terkadang marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi
buruk dan pada siang hari ada rasa takut yang tidak rasional, dan merasa
cemburu. Perilaku ribut, berlagak, kejemuan dan tidak tentram pada anak-anak
yang cemas cederung berusaha menyakinkan diri mereka dan orang lain tentang
kemampuan mereka. Anak-anak menghindarkan diri dari situasi yang mengancam
dengan cara pergi tidur meskipun tidak lelah, dengan membuat diri mereka sibuk
sehingga tidak mempunyai waktu untuk berfikir, atau mengundurkan diri ke dunia
khayal (Supartini, 2004).
Stresor yang
mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak perpisahan,
kehilangan kontrol (pembatasan aktivitas), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana
stresor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan
mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul perilaku
maladaptif dari anak (Wong, 2009).
Menurut Prough
(dikutip oleh Pusdiklat Depkes RI, 1985), dalam Warda (2011), melaporkan 50
orang anak pra sekolah yang telah menjalani rawat inap di rumah sakit dengan
lama perawatan rata-rata 8 hari, menemukan hasil 92 % anak menunjukkan gangguan
tingkah laku yang tidak dialami anak sebelum sakit, 3 bulan kemudian yang 15 %
masih mengalami gangguan tersebut, adapun tingkah laku yang dimaksud yaitu
malas makan, tingkat intensitas bermain menurun,dan trauma hospitalisasi.
Untuk mengurangi
dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat berpengaruh dalam
mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengurangi dampak stres hospitalisasi menurut Wong (2009) antara lain : 1. Meminimalkan
dampak perpisahan 2. Mengurangi kehilangan kontrol. 3. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan
tubuh dan nyeri. Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam
usahanya meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan
sebelumnya tentang stres hospitalisasi, karena keberhasilan suatu asuhan
keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai makna yang
terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu,
penelitian ini dibuat untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perawat
Dalam Meminimalkan Stres Akibat Hospitalisasi Pada Anak Pra Sekolah di RSU Haji
Prov. Sulawesi Selatan”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas
memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
“Bagaimana
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perawat Dalam Meminimalkan Stres Akibat
Hospitalisasi Pada Anak Pra Sekolah di RSU Haji Prov. Sulawesi Selatan ?”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan
dan sikap perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak pra
sekolah di RSU Haji Prov. Sulawesi Selatan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam
meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah.
b.
Mengidentifikasi sikap perawat dalam
meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah.
D. Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu, pengalaman, dan pengetahuan
dalam mengkaji permasalahan tentang gambaran pengetahuan dan sikap perawat
dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah.
2. Bagi
Instansi
Sebagai
bahan pertimbangan bagi instansi rumah sakit dalam pembinaan karyawannya untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
3. Bagi
Perawat
Memberikan masukan
bagi perawat yang bekerja di ruang bangsal anak agar dapat mengetahui sikap
yang tepat dalam menghadapi atau merawat anak sehingga dampak negatif dari
hospitalisasi dapat dicegah.
BERSAMA #Andiwani.blogspot.com
wa contact 085 341 081 000
0 Komentar untuk "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM MEMINIMALKAN STRES AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH "