BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal di sekolah dasar pada hakikatnya
dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana
ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (2003: 7) bahwa :
Fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari
peningkatan seluruh komponen pendidikan yang terkait dalam proses pembelajaran.
Komponen tersebut antara lain tujuan, siswa, guru, fasilitas pembelajaran,
media pembelajaran dan lingkungan belajar.
Guru merupakan salah satu komponen yang berperan
penting dalam proses pembelajaran. Peranan guru adalah sebagai pelaksana pendidikan dan pembelajaran
di kelas, sebagai fasilitator yang menentukan proses pembelajaran serta guru
bertanggung jawab mengelola, mengarahkan dan menciptakan suasana yang dapat
mendorong terlaksananya kegiatan pembelajaran di kelas. Guru menjadi kunci
keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus
selektif dan menerapkan cara yang tepat untuk dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Penerapan strategi yang sesuai sedapat mungkin mengembangkan
keterampilan-keterampilan dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan
keaktifan siswa. Sebagaimana paradigma pendidikan yang lebih menekankan siswa
sebagai manusia harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan.
Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus
menjadi fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri
sendiri. Proses pembelajaran pun tidak lepas dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam dan sekitarnya. Seperti pada salah satu mata pelajaran dalam
kurikulum pendidikan sekolah dasar yakni mata pelajaran IPA.
IPA adalah disiplin ilmu yang penerapannya dalam
pendidikan menjadi penting untuk dikuasai oleh siswa. Pelajaran IPA diarahkan
secara ilmiah untuk menumbuhkan cara berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah.
Selain itu, pelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung dan pengembangan keterampilan proses sehingga siswa dapat memperoleh
pemahaman yang bermakna. Senada yang dikemukakan Carin dan Sund (Bundu, 2011:
5) kriteria IPA yang harus terpenuhi, yaitu “(1) mampu menjelaskan fenomena
yang terjadi melalui pengamatan (observasi), (2) mampu menjelaskan peristiwa
yang akan terjadi (prediksi), (3) dapat diuji kebenarannya melalui
percobaan-percobaan yang sejenis (eksperimen)”. Kegiatan-kegiatan tersebut
menggambarkan pemerolehan pemahaman yang bermakna.Siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan dengan pengalaman langsung.Namun kenyataan, siswa lebih banyak
dituntut untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip dibanding pemahaman
makna IPA itu sendiri.
IPA masih dianggap sulit bagi sebagian murid di
Indonesia, meskipun demikian semua murid harus mempelajarinya karena merupakan
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari – hari.Salah satu solusi agar
pembelajaran IPA dapat dipelajari lebih mudah oleh para murid adalah penggunaan
model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan.
Dalam pembelajaran IPA, guru telah berusaha
melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran guna memperoleh
pemahaman yang bermakna. Selain itu,
siswa kurang memahami materi pelajaran IPA yang diajarkan Hal ini disebabkan
karena siswa hanya duduk dengan manis, diam mendengarkan dan mencatat materi
pelajaran yang disampaikan guru hingga buku tulisnya penuh serta menghapalnya
dengan penuh konsentrasi, tanpa bisa mengkritisi apa arti konsep itu. Sehingga
pada saat itu, siswa mengetahui materi tersebut namun ketika keesokan harinya
mereka lupa akan materi yang telah diajarkan. Hal ini berdampak pada hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih tergolong rendah.Data yang
diperoleh dari daftar nilai Sekolah Dasar Negeri Inpres 231 Kapunrengan dengan nilai rata-rata siswa
65.Dengan demikian, hasil belajar siswa kelas V yang diperoleh tidak memenuhi
standar KKM yaitu 70.
Merujuk pada hasil observasi dan data nilai siswa
menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu guru dan siswa. Faktor guru, antara lain (1) kegiatan
pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Sehingga kurang melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran, (2) kurang memberikan akses penemuan dan
proses berpikir sehingga pembelajaran yang bermakna tidak tercapai. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh kurang maksimalnya penggunaan media atau alat peraga.
Faktor siswa, antara lain (1) siswa kurang aktif karena proses pembelajaran
membosankan dan tidak mengembangkan life skillnya, (2) pemahaman terhadap
materi bersifat sementara karena pembelajaran yang kurang bermakna.
Kedua faktor tersebut menyebabkan hasil belajar
siswa IPA tergolong rendah.Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA diperlukan usaha yang mengembangkan kemampuan pemahaman dan
memaknai pembelajaran. Dengan pembelajaran yang bermakna akan berdampak pada
pemahaman siswa dan meningkatkan keterlibatan langsung secara aktif.
Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang
di atas
maka peneliti akan melakukan penelitan dengan judul Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Materi Rangkaian Listrik Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Negeri Inpres 231 Kapunrengan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimana
pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dalam materi rangkaian
listrik terhadap hasil belajar Sekolah Dasar Negeri Inpres 231 Kapunrengan Tabupaten Takalar.
C.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan
rumusan masalah yang ada di atas dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis
proyek dalam materi rangkaian listrik terhadap hasil belajar Sekolah Dasar Negeri
Inpres 231 Kapunrengan Kabupaten Takalar”.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang berarti seperti berikut:
1.
Manfaat Teoretis
a.
Bagi akademis, proses penelitian
ini dapat memberi sumbangan pemikiran bagi para guru dan lembaga pendidikan pada
umumnya tentang pembelajaran Berbasis
Proyek.
b.
Mengembangkan wawasan peneliti
dalam perkembangan proses belajar mengajar.
c.
Bagi peneliti lain, proses dan
hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding
bagi penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi murid,
media untuk lebih tampil dan mengemukakan pendapat sendiri, bersikap positif,
aktif dalam belajar, bertanggung jawab, yang pada gilirannya meningkatkan hasil
belajar.
b.
Bagi
guru, mendapatkan gambaran tentang hasil belajar IPA melalui penggunaan
pembelajaran Berbasis Proyek, selain itu juga mampu menerapkan model pembelajaran tersebut dengan
maksimal.
SKRIPSI, PROPOSAL, TESIS, DISERTASI, KTI, LAPORAN, MAKALAH
BERSAMA #Andiwani.blogspot.com
wa contact 085 341 081 000
0 Komentar untuk "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MATERI RANGKAIAN LISTRIK "