TEORI KONTRUKTIVISME
Puja
dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan
banyak nikmat serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami berhasil
menuntaskan Makalah ini dengan tepat pada waktunya. Kami sadar bahwa Makalah
yang kami buat masih jauh dari ambang kesempurnaan. Oleh karenanya, semua
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan
demi perbaikan isi dari Makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bekang Masalah
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa
yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep
umum seperti:
Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman
yang sudah ada. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar
sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru.
Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina
pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru
dengan pemahamannya yang sudah ada.
Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran
yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Bahan
pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar
untuk menarik miknat pelajar.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa
yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru
tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus
berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini,
guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang
membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa
sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar
menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik
membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik
diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan
untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang
ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga
diperoleh konstruksi yang baru.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Teori Belajar Kognitifisme dalam pembelajaran?
2. Bagaimana
Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami teori belajar kognitifisme dalam pembelajaran.
2. mengetahui
dan memahami teori belajar konstruktivisme vygotsky dalam pembelajaran?
D. Manfaat
1. Dengan
mengetahui teori belajar kognitifisme, guru dapat memiliki peran mendorong dan
menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan
kompetensi.
2. Konstruktivisme
Vygoskian membantu guri dalam proses dalam kognisi diarahkan memulai adaptasi
intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses penyesuaian itu equivalent
dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui
proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis
Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar
individual.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai
konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa penekanan teori
kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun
dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori
kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang
anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari
teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam
pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan
skemata yang dimilikinya.
Proses mengkonstruksi,
sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
Skemata. Sekumpulan konsep
yang digunakan ketika berinteraksi
dengan lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki
struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk
karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang
sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan
keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada
akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema
tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak,
maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema
dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi. Asimilasi adalah
proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.
Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan
perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi
rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan
pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru
itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam
keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk
membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema
yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Keseimbangan. Ekuilibrasi
adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi
adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi,
ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
B. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Ratumanan (2004:45)
mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama,
perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks
historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada
sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya
untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan
demikian perkembangan kognitif anak
mensyaratkan sistem komunikasi budaya
dan belajar menggunakan sistem-sistem ini
untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.
Menurut Slavin (Ratumanan,
2004:49) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama,
dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar
kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat
berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan
terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa
semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
1. Pengelolaan
pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan
lingkungannya sengat mempengaruhi perkembanganbelajar seseorang, sehingga
perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur
tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000), peserta didik melaksanakan
aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang
mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
2. Pemberian
bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan
tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi
tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka
(Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat
perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan
aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat
diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan
orang lain.
3. Implikasi
Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Adapun implikasi dari
teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63)
adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar
konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik
diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.
Dikatakan juga bahwa
pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya memenuhi beberapa
prinsip, yaitu: a) menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan peserta didik
dapat melakukan konstruksi pengetahuan; b) pembelajaran dilaksanakan dengan
mengkaitkan kepada kehidupan nyata; c) pembelajaran dilakukan dengan
mengkaitkan kepada kenyataan yang sesuai; d) memotivasi peserta didik untuk
aktif dalam pembelajaran; e) pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan
kepada kehidupan social peserta didik; f) pembelajaran menggunakan barbagia
sarana; g) melibatkan peringkat emosional peserta didik dalam mengkonstruksi
pengetahuan peserta didik (Knuth & Cunningham,1996).
.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses
mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
a. Skemata.
Sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut
dengan skemata.
b. Asimilasi
adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya.
c. Akomodasi.
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.
d. Keseimbangan.
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan
diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi
dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.
2. Menurut
Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam
pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda,
sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan
saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam
daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan
Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat
mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
B. Saran
1. Diharapkan
dengan menggunakan teori Vygotsky dalam pendidikan. Guru mampu mensetting kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan
kemampuan yang berbeda.
2. Dapat
menekankan perancahan (scaffolding).
Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab
untuk pembelajarannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih,
C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Gerson.R.Tanwey
2002.Belajar dan Pembelajaran.Ambon: FKIP Universitas Pattimura Ambon
Gino,
dkk. 1997. Belajar Dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press. Disadur dari :
Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-tokoh
Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)
Pranita,
Tya. 2010. Teori Konstruktivisme.
Suparno,
Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogjakarta: Kanisi
Trianto.2007.Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
0 Komentar untuk "TEORI KONTRUKTIVISME"