TEORI PENGELOLAAN INFORMASI DI SEKOLAH
DASAR
Puja dan puji syukur kami
panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan banyak nikmat serta
karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami berhasil menuntaskan Makalah ini
dengan tepat pada waktunya.
Kami sadar bahwa Makalah
yang kami buat masih jauh dari ambang kesempurnaan. Oleh karenanya, semua
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan
demi perbaikan isi dari Makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah ikut turut mebantu menyukseskan pembuatan
Makalah ini dari titik awal hingga akhir. Semoga Allah S.W.T senantiasa selalu
meridhai segala upaya dan usaha kita. Amiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bekang Masalah
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang
bagaimana individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar
informasi yang diterima individu dari lingkungan. Pengolahan informasi merupakan
perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Psikologi kognitif
sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya
orang (Anderson, 1980). Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan
informasi adalah pada derajat penekanan pada soal belajar.
Teori pengolahan informasi tidak memperlukan belajar
sebagai titik pusat penelitian yang utama. Belajar itu hanyalah merupakan salah
satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain
dari psikologi kognitif tetap tidak jelas (Anderson, 1980). Namun, demikian, penelitian
pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
2. Apa
saja yang menjadi komponen belajar dalam proses penginformasian pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pemrosesan informasi dalam pembelajaran
2. Untuk
mengetahui apa saja yang menjadi kompoen belajar dalam proses penginformasian
pembelajaran.
D. Manfaat
1. Membantu
guru memahami terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu
beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah.
2. Membantu
guru dalam memahami strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBELAJARAN
BERDASARKAN TEORI PENGOLAH INFORMASI
Penerapan teori pengolah informasi dalam
pembelajaran berasal dari asumsi
bahwa memori manusia itu suatu system
yang aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi
informasi dan keterampilan bagi penyimpannya untuk dipelajari. Para ahli teori
kognitif berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan
belajar daripada hal-hal yang ada dilingkungan. Komponen belajar menurut teori
pengolah informasi seperti dipaparkan bada bagain awal bahwa komponen belajar
adalah sebagai berikut:
1. Perhatian ditujukan pada stimulus
2. Pengkodean stimulus
3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali
(retrival).
Atas dasar komponen komponen belajar tersebut
selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah:
1. Membimbing peserta didik dalam
penerimaan stimulus
System memori manusia dapat melakukan proses seleksi atas
stimulus-stimulus yang akan diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
berkaitan dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap
penerimaan stimulus antara lain:
a. Memusatkan perhatian ke
stimulus-stimulus tertentu yang dipilih
b. Mengenali secara awal stimulus dengan
kode-kode tertentu.
2. Memperlancar Mengkode
Selama belajar, fungsi pengkodean adalah untuk menyiapakn informasi baru
untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang.
Proses ini, menghendaki transformasi informasi menjadi kode ringan untuk
memudahkan mengingat kembali diwaktu kemudian.
Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu
dengan memberkan pengisyarat, elaborasi, dan cara titian ingatan (mneumonik)
sebagai pembantu untuk menyusun sandi, ancangan ini disebut bantuan berbasis
pembelajaran.
Ancangan yang
lain adalah untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi yang dihasilkan peserta didik, ancangan ini
disebut bantuan berbasis peserta didik. Bantuan berbasis pembelajaran
misalnya penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit, ihtisar bab, pertanyaan
ulangan, dan akronim untuk belajar asosiasi yang sembarang sifatnya. Teknik
yang kurang dikenal yang bisa memudahkan pengkodean dari buku pelajaran ialah memberikan tanda petunjuk. Tanda-tanda
petunjuk misalnya, judul paragraph, priview, kata-kata petunjuk seperti
“ayangnya, “yang penting” dan seterusnya.
Bantuan
yang berbasis peserta didik, pengisarat
baik visual maupun verbal yang berasal dari peserta didik itu sendiri dapat
membantunya memperoleh asosiasi yang sembarang saja sifatnyas misalnya sebuah
daftar, metode loci dan sebagainya.
Penerapan
khusus pengisarat dari peserta didik disebut metode kata penting atau kata
kunci untuk belajar bahasa asing. Metode katas-kata penting berguna untuk
informasi yang kurang inheren organisasi atau asosiasinya, tetapi elaborasi
oleh peserta didik dapat juga memudahkan pengkodean untuk materi-materi
pembelajaran, misalnya menggaris bawahi bacaan dan membuat catatan.
3. Memperlancar penyimpanan dan retrival
Siasat
pengkodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali kelak.
Irama bunyi, akronim, sajak, kata-kata pokok, citra visual, semuanya memberikan
pengisaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam belajar. Elaborasi
berbasis pembelajaran dan elaborasi basis peserta didik kedua memberikan
sumbangan dalam mengingat kembali.
Proses
pemunculan kembali apa yang telah
disimpan dalam ingatan dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Norman dan
Bobrow (dalam Degeng 1989) Mengemukakan dau tahap dalam melaksanakan
penelusuran. Tahapan pertama adalah untuk menetapkan informasi yang diinginkan
(yang ingin dimunculkan dari dalam ingatan). Tahapan kedua adalah untuk
penelusuran yang sebenarnya, yaitu mencakup tindakan peninjauan kembali
struktur ingatan sebenarnya, yaitu yang mencakup tindakan peninjauan kembali
struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkati di dalamnya, sampai
informasi yang diinginkan didapatkan.
Asumsi yang
dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah bahwa ingatan terdiri
dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak
secra hirarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang
umum dan rinci, sampai informasi yang
diinginkan diperoleh.
B. KOMPONEN
BELAJAR
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar
ada tiga tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Perhatian ke Stimulus
Pengolahan system informasi dalam memori manusia di awali ketika isyarat fisik
diterima pencatat sensor melalui indera (Visual, audio, maupun kenestetik).
Isyarat fisik ini, disimpan sebentar untuk diolah dalam system memori.
2. Mengkode Stimulus
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih
lanjut atau tidak sampai memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka
diperlukan pengolahan lebih lanjut. Proses inilah yang disebut dengan
pengkodean yaitu mengubah stimulus sehingga dapat disimpan sehingga pada waktu
lain dapat di munculkan kembali dengan mudah.
3. Penyimpanan dan Retrival
Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam
memori jangka panjang untuk dapat diingat sewaktu-waktu diperlukan. Untuk
proses ini, sangat bergantung pada bagaimana informasi itu disimpan dan
bagaimana hubungan informasi itu dengan informasi sebelumnya dari memori jangka
panjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami
simpulkan bahwa Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana
individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi
yang diterima individu dari lingkungan. Pengolahan informasi merupakan
perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Psikologi kognitif sebagai upaya untuk memahami
mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980).
Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada
derajat penekanan pada soal belajar.
B. Saran
1. Diharapkan
guru memahami teori pengelolaan informasi agar dapat menerapkan teori
pemprosesan informasi yang akan membantu meningkatkan keaktifan peserta didik
dalam berfikir. Sehingga peserta didik akan didorong untuk berfikir di dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Diharapkan
guru memahami teori pengelolaan informasi agar dapat membantu seserta didik untuk
mengaitkan proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan.I
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
1980. Cognitive Psychology and Its Implication. San Francisco: W.H. Freeman.
Ausubel,
D.P. 1968, Education Psychology: A Cognitive View. New York: Holt, Renehart and
Winston.
Karwono,
Heni Mularsih,2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar.Jakarta: Cerdas Jaya.
0 Komentar untuk "TEORI PENGELOLAAN INFORMASI DI SEKOLAH DASAR"